Berasal dari keluarga
yang tidak mampu, Dewi Sartika mempunyai cita-cita untuk menjadi dokter.
Bermodal keinginan yang gigih dan bantuan dari organisasi nirlaba pengembangan
anak Plan, anak pertama dari dua bersaudara ini akhirnya berhasil meraih
cita-citanya.
“Selama 16 tahun saya
menjadi anak asuh Plan, sekarang saya dokter tidak tetap di Tanah Toa, Sulawesi
Selatan dan Alhamdulillah kontrak saya diperpanjang sampai tahun depan,” kata
Dewi, di acara ulang tahun Plan, Sabtu (24/3).
Memperingati hari
jadinya yang ke-75, organisasi nirlaba Plan mengundang puluhan anak asuhnya
untuk saling berbagi pengalaman di Semarang, Jawa Tengah.
Dewi Sartika, yang
berasal dari Desa Sukasari, Bogor dan berusia 24 tahun, berbagi pengalaman
bagaimana akhirnya dia bisa meraih cita-citanya dengan anak-anak asuh Plan yang
datang dari berbagai desa di Pulau Jawa.
“Bapak saya sopir
angkot dan ibu tukang gorengan. Cita-cita saya sejak kecil memang ingin jadi
dokter,” ujarnya.
Dewi, yang namanya
diambil dari nama pahlawan emansipasi yang berasal dari Bandung, Jawa Barat,
Dewi Sartika, menyemangati anak-anak asuh yang lain untuk terus berusaha dan
mengejar cita-cita mereka.
“Kalau kita mau
berusaha pasti ada cara. Banyak yang berpikir kuliah kedokteran itu mahal. Tapi
Alhamdulillah selama kuliah saya tidak pernah membayar,” kata Dewi.
Selama menempuh
Pendidikan di Universitas Diponegoro, Semarang, Dewi berusaha meminimalisir
biaya kuliahnya.
“Buku saya pinjam dari
kakak kelas. Jaman sekarang lebih enak lagi karena sudah ada internet, bisa
download e-book,” lanjutnya lagi.
“Jangan khawatir dan
jangan malu, di kampus saya ada juga anak tukang becak dan anak penjual nasi
kucing. Yang penting mau berusaha,” kata Dewi.
Dedikasikan Hidup
untuk Orang Lain
Setelah berhasil
meraih cita-citanya, kini Dewi mendedikasikan hidupnya untuk membantu orang
lain.
Di tempat dinasnya,
Dewi juga membentuk kelompok bermain dan belajar anak.
“Di sana pendidikannya
sangat berbeda dengan di kota. Guru datang siang, anak kelas 2 SD belum bisa
membaca dan kelas 4 SD belum bisa berhitung,” sambungnya lagi.
“Di sana juga
masyarakat jarang mengenal WC. Mereka buang air besar di kebun lalu ditinggal,”
katanya.
“Selain membantu
pelajaran sekolah saya juga mengajarkan hal-hal sederhana seperti mencuci
tangan dan kebersihan. Sederhana tapi bisa membuat hidup mereka lebih baik,”
kata Dewi.
Riwayat Plan
Bermula dari niatan
seorang wartawan berkebangsaan Inggris bernama John Langdon Davies dan Eric
Muggeridge, untuk membantu anak-anak korban perang saudara di Spanyol tahun
1937, Plan kini telah menjadi organisasi global yang bekerja di 50 negara
berkembang termasuk Indonesia.
Meskipun program utama
Plan adalah sponsorship anak, namun Plan juga memfokuskan pada pengembangan
masyarakat yang berpusat pada kepentingan anak.
Contohnya adalah
pendirian kelompok anak di daerah program unit Plan yang tersebar di 9 kabupaten
di Indonesia yaitu Rembang, Kebumen, Grobogan, Dompu, Sikka, Lembata, Soe,
Kefamenanu dan Nagekeo.
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar