Pendahuluan
Sifat Adil Adalah Adil berasal dari bahasa Arab
yang berarti berada di tengah-tengah, jujur, lurus, dan tulus. Secara
terminologis adil bermakna suatu sikap yang bebas dari diskriminasi,
ketidakjujuran. Dengan demikian orang yang adil adalah orang yang sesuai dengan
standar hukum baik hukum agama, hukum positif
(hukum negara), maupun hukum sosial (hukum adat)
yang berlaku. Dalam Al Quran, kata ‘adl disebut juga dengan qisth.
Dengan demikian, orang yang adil selalu bersikap
imparsial, suatu sikap yang tidak memihak kecuali kepada kebenaran. Bukan
berpihak karena pertemanan, persamaan suku, bangsa maupun agama. Keberpihakan
karena faktor-faktor terakhir—bukan berdasarkan pada kebenaran– dalam Al Quran
disebut sebagai keberpihakan yang mengikuti hawa nafsu dan itu dilarang keras.
Dengan sangat jelas Allah menegaskan bahwa kebencian terhadap suatu golongan,
atau individu, janganlah menjadi pendorong untuk bertindak tidak adil.
Prasangka
Prasangka adalah sikap (biasanya negatif) kepada anggota
kelompok tertentu yang semata-mata didasarkan pada keanggotaan mereka dalam
kelompok (Baron & Byrne, 1991). Misalnya karena pelaku pemboman di Bali adalah orang Islam yang berjanggut lebat,
maka seluruh orang Islam, terutama yang berjanggut lebat, dicurigai memiliki
itikad buruk untuk menteror. Sementara itu, Daft (1999) memberikan definisi
prasangka lebih spesifik yakni kecenderungan untuk menilai secara negatif orang
yang memiliki perbedaan dari umumnya orang dalam hal seksualitas, ras, etnik,
atau yang memiliki kekurangan kemampuan fisik. Soekanto (1993) dalam ‘Kamus
Sosiologi’ menyebutkan pula adanya prasangka kelas, yakni sikap-sikap
diskriminatif terselubung terhadap gagasan atau perilaku kelas tertentu.
Prasangka ini ada pada kelas masyarakat tertentu dan dialamatkan pada kelas
masyarakat lain yang ada didalam masyarakat.
Sudah jamak kelas atas berprasangka terhadap kelas bawah, dan
sebaliknya kelas bawah berprasangka terhadap kelas atas. Sebagai contoh, jika
kelas atas mau bergaul dengan kelas bawah maka biasanya kelas atas oleh kelas
bawah dicurigai akan memanfaatkan mereka. Bila kelas bawah bergaul dengan kelas
atas dikira oleh kelas atas akan mencuri dan sebagainya.
Sebagai sebuah sikap, prasangka mengandung tiga komponen
dasar sikap yakni perasaan (feeling), kecenderungan untuk melakukan tindakan (Behavioral tendention), dan adanya suatu pengetahuan
yang diyakini mengenai objek prasangka (beliefs). Perasaan yang umumnya
terkandung dalam prasangka adalah perasaan negatif atau tidak suka bahkan
kadangkala cenderung benci. Kecenderungan tindakan yang menyertai prasangka
biasanya keinginan untuk melakukan diskriminasi, melakukan pelecehan verbal
seperti menggunjing, dan berbagai tindakan negatif lainnya. Sedangkan
pengetahuan mengenai objek prasangka biasanya berupa informasi-informasi, yang
seringkali tidak berdasar, mengenai latar belakang objek yang diprasangkai.
Misalnya bila latar belakang kelompoknya adalah etnik A, maka seseorang yang
berprasangka terhadapnya mesti memiliki pengetahuan yang diyakini benar
mengenai etnik A, terlepas pengetahuan itu benar atau tidak.
Masalah Yang Timbul
Banyak
masyarakat yang menilai bahwa orang yang tidak mampu atau mayarakat kecil itu
tidak mempunyai kontribusi kepada Negara, pada kenyataannya bahwa masyarakat tu
itu banyak berguna untuk Negara contohnya:
Para
pemulung yang perkerjaanya mengambil sampah seperti aqua, kardus dan lain
sebagainya.
Padahal
sapah yang diambil dapat di daur ulang untuk di jadikan benda yang bermanfaat. Contohnya
: Vas Bung yang terbuat dari Aqua
Dan
terkadang masyarakat kecil selalu jadi imbal dari perbuatan para pejabat Negara
yang korupsi. Masyarakat kecil malah jadi emakin hidup susah akibat koruptor.
Solusi Pemecah Masalah
Terkadang masyarakat
besar menilai buruk massyarakat kecil , banyak dari mereka masyarakat kecil
yang melakukan tindakan kejahatan. Padahal masyarakat kecil tersebut tidak
melakukannya malah bahkan sering membantu. Jadi solusi yang tepat untuk
mengatasi masalah tersebut adalah dengan memperhatikan semua masyarakat dari
semoa golongan , stnis, adat, budaya. Karena Indonesia memiliki symbol yaitu “berbeda
– beda tetap satu jua”
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar