Selasa, 25 Mei 2010

IBU

Jujur, aku kadang susah, gengsi atau apalah namanya untuk bilang ‘aku sayang sama ibu’ pada ibuku sendiri, entah karena apa. Mungkin hal ini juga yang dialami oleh rekan-rekan lainnya. Bagiku cukup dengan menunjukkan perhatian dan menuruti kata-kata beliau itu sudah mewakili rasa sayang kita kepada ibu, tapi aku sadar, kondisi itu tak selamanya benar, suatu saat kondisi itu pasti menjadi sebuah penyesalan ketika Ibu tak ada di samping kita, entah itu karena kita berhijrah ke luar kota atau memang Ibu memang benar-benar sudah tak ada…

Aku malu, benar-benar malu… umurku yang sudah 23 tahun ini belum bias memberikan kebahagiaan seutuhnya kepada Ibu. Yang ada malah Ibu terus meratapi nasibku yang tak kunjung sembuh, dalam hati kecil beliau ada rasa ingin melindungiku.

Ibu adalah segalanya

Ibu adalah segalanya

Waktu kerja pulang malam, Ibu sering telepon, sering banget, bahkan selalu dan selalu. Kadang aku jengkel dengan hal ini, tak jarang aku reject telepon itu. ya gengsi dong, anak cowok sudah gedhe masa’ terus2an dipantau Ibu. Sesampai di rumah aku lihat Ibu tiduran di ruang tamu, aku begitu cueknya langsung ke kamar tidur dan tidur begitu saja, capek…

Mungkin hal itu juga dialami oleh rekan-rekan sekalian, ya dengan alas an pusing dengan kerjaan atau stress atau apalah, kita mereject telepon Ibu.

Aku teringat pas melihat tayangan di ultah salah satu stasiun televise swasta baru2 ini. Ketika itu adalah hari ulang tahun Sang Ibu. Pemuda yang posisinya di luar kota membelikan Bunga yang dikirimkan ke kampung halaman kediaman Sang Ibu.

Di luar took Bunga, ada anak kecil menangis. Sang Pemuda iba dan bermaksud menolong anak kecil tersebut. Anak kecil mengatakan bahwa dia tak punya uang untuk membeli bunga yang akan dihadiahkan ke Ibunya yang ulang tahun hari ini. Pemuda tersebut akhirnya menolongnya.

Anak Kecil Berterima kasih dan mempertemukan pemuda dengan Ibunya

“Mama,,, Mama… lihat aku beli bunga, Om ini yang membelikannya” kata Anak kecil itu

Betapa terkejutnya sang pemuda, ketika anak tersebut mengajaknya ke sebuah makam. Anak kecil itu tersenyum dan menaruh bunga tersebut di atas gundukan tanah makam Sang Ibu. Memori pemuda seketika teringat dengan sang Ibu nan jauh disana…

Itulah, aku terharu melihat itu. Dalam hati berkata, beruntunglah aku yang saat ini bersama ibu, yang sehari-hari selalu bersama Ibu, yang tiap pagi selalu dibangunkan Ibu, makan selalu makan masakan Ibu, yang selalu ditegur Ibu ketika aku khilaf dan punya salah. Bagiku ibu adalah segalanya, sampai kapanpun!

Saat ini Ibuku tengah sakit, kaki kirinya kadang terasa ngilu, dan saat berjalanpun beliau agak kesulitan. Tapi beliau masih tetap melakukan aktivitas dan tanggung jawabnya sebagai seorang Ibu. Aku janji, sebelum aku menikah, aku akan membahagiakan sang Ibu terlebih dahulu…
artikel diperoleh dari :hasanjunaidi.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar