Jumat, 29 November 2013

PEMUDA DAN SOSIALISASI

Pemuda adalah suatu generasi penerus suatu bangsa yang memiliki potensi yang melekat pada dirinya, generasi yang harus mengisi dan melanjutkan pembangunan secara terus menerus. Pemuda juga ikut menentukan perubahan-perubahan di masa yang akan datang dan kemajuan negara ini.
Secara hukum pemuda adalah manusia yang berusia15-30 tahun. Secara biologis yaitu manusia yang sudah mulai menunjukan tanda-tanda kedewasaan seperti adanya perubahan fisik, dan secara agama adalah manusia yang sudah memasuki fase aqil baligh yang ditandai dengan mimpi basah bagi pria dan keluarnnya darah haid bagi wanita.
Pemuda bersifat labil, kontrol emosi dan kestabilan pendirian masih dapat dipengaruhi oleh pihak luar. Perkembangan zaman dan salah dalam memilih pergaulan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pemuda untuk melakukan hal-hal yang tidak boleh dilakukan. Misalnya, seks bebas di kalangan pemuda merupakan dampak dari perkembangan zaman. Di era digital ini setiap orang dapat dengan mudah mengakses video-video porno, dan kekerasan. Video-video tersebut dapat merangsang pemuda untuk mencoba melakukannya.
Lalu salah dalam memilih pergaulan juga berpengaruh buruk kepada pemuda. Kenakalan remaja, kecanduan obat-obatan terlarang, ketidakpatuhan terhadap orang tua, dan frustasi merupakan dampak dari salah dalam bergaul. Pemuda akan cenderung mengikuti teman pergaulannya untuk berbuat yang tidak benar dibandingkan dengan menuruti nasehat kedua orangtuanya. Hal ini disebabkan karena pemuda kurang bersikap dewasa dari hal psikologi dan kurang mandiri dari hal ekonomi.
Pemuda memiliki potensi-potensi yang dapat digunakan untuk memajukan negara ini. Potensi yang pertama adalah idealis dan berpikir kritis. Pemuda belum mapan dalam tatanan kehidupan yang ada, maka mereka dapat melihat kekurangan-kekurangan dalam tatanan kehidupan dan terus mencari gagasan baru. Pemuda selalu mencari tahu sebab-sebab suatu masalah dan berusaha untuk mencari solusi yang terbaik.
Potensi yang kedua adalah dinamika dan kreatifitas. Pemuda selalu mengalami perkembangan-perkembangan dari waktu ke waktu. Keingintahuan mereka akan suatu hal, membuat mereka selalu berinovasi untuk membuat sesuatu yang lain daripada yang lain. Ide-ide kreatif yang mereka miliki digunakan untuk berekspresi dalam melakukan inovasi.
Potensi yang berikutnya adalah keberanian mengambil resiko saat menentukan keputusan. Potensi ini memiliki sisi positif dan negatif. Sisi positif tersebut adalah semua keputusan yanag ada mengandung resiko, pemuda akan berpikir untuk mngambil keputusan yang tepat sehingga mereka akan dapat berpikir logis dan rasional dan akan terbiasa menghadapi suatu persoalan. Dari segi negatif, keputusan yang penuh resiko cenderung memberi pengaruh buruk terhadap pemuda.
Potensi yang dimiliki pemuda adalah optimis dan semangat. Pemuda memiliki sikap optimis dan semangat yang tinggi dalam menjalani kehidupan. Faktor yang mendorong adalah ambisi meraih cita-cita untuk kehidupan di masa depan yang lebih baik. Dengan begitu pemuda akan memiliki tujuan hidup yang jelas.
Potensi selanjutnya adalah pemuda yang terdidik untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui pendidikan, pemuda akan memperoleh pengetahuan dan memperkaya wawasan yang luas mengenai semua hal yang ada di alam semesta ini. Saat ini sarana pendidikan baik formal maupun nonformal sudah sangat baik, namun tidak semua kalangan masyarakat bisa menikmati pendidikan tersebut karena biaya untuk bias menikmatinya terlalu mahal.
Akibat tingkat kualitas sumber daya manusia di Indonesia sudah sangat rendah karena masih banyak anak yang putus sekolah bahkan tidak sekolah, karena tidak memiliki biaya. Hal ini akan dapat memperbanyak jumlah pengangguran, kemudian tingginya pengangguran mengakibatkan tingkat kemiskinan di Indonesia tinggi.
Untuk itu pemerintah membuat berbagai macam program agar dapat mengatasi masalah tersebut. Upaya-upaya yang dikeluarkan pemerintah, yaitu pada pendidikan formal, pemerintah menggratiskan biaya dari tingkat SD s/d SLTP (wajib belajar 9 tahun). Kemudian adanya berbagai macam beasiswa baik di tingkat SLTA ataupun perguruan tinggi bagi siswa-siswi berprestasi dan kurang mampu. Selanjutnya pemerintah membuat satu wadah yang berkerjasama dengan industri kecil menengah untuk memberikan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat yang terlanjur tidak sekolah agar bisa memiliki usaha sendiri. Pemerintah juga membuat program kesetaraan paket A, B, C bagi masyarakat yang ingin sekolah namun kendala dengan umur.
Potensi selanjutnya adalah patriotisme dan nasionalisme. Jiwa patriotisme dan nasionalisme akan menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air. Selain itu, jiwa patriotisme dan nasionalisme juga dapat memajukan bangsa dan negara ini, karena pemuda akan memberikan seluruh potensinya untuk kemajuan bangsa.
Kemudian potensi yang terakhir adalah sikap kemandirian. Pemuda memiliki kemandirian yang besar. Dengan mandiri, maka pemuda tidak bergantung kepada orang lain. Di usia ini merupakan usia produktif, sehingga pemuda dapat membiayai kebutuhan hidupnya sendiri, seperti kebutuhan pangan, pakaian, sekolah, dan masa depan. Hidup mandiri dapat membuat pemuda untuk tidak bermalas-malasan dalam menjalani hidup dan membiasakan pemuda untuk mengatur seluruh aspek hidupnya.
Pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsa dan agama. Selain itu pemuda mempunyai peran sebagai pejuang intelektual dan sebagai pejuang sosial. Maka dari itu pemuda harus memiliki ilmu dengan cara sekolah, dengan begitu bangsa ini akan maju, makmur, adil, aman, tenteram, dan sejahtera

Pentingnya Keluarga, Fungsi Keluarga

Ketika orang-orang tinggal berjauhan satu sama lain, kekuatan mereka akan terbagi. Keluarga memberi mereka dengan kekuatan bersama, untuk menghadapi segala macam rintangan. Inilah sebabnya mengapa memiliki keluarga sangat penting.

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga tidak mungkin baginya untuk tinggal sendirian dalam jangka waktu yang panjang. Dia terus-menerus membutuhkan orang-orang yang bisa mendukungnya selama masa-masa sulit dan mendorong ketika dia melangkah dalam kehidupan. Setiap orang membutuhkan orang lain yang bisa diajak berbagi pada saat bahagia dan sedih.

Konsep Keluarga

Keluarga, sebagai sebuah konsep, telah ada sejak nenek moyang manusia mulai hidup bersama dalam kelompok. Dengan berlalunya waktu dan munculnya pertanian sebagai sarana subsisten, kelompok-kelompok ini menjadi semakin erat dengan anggota mereka, berbagi tanggung jawab sosial dan ekonomi. Hal ini membuahkan perasaan kepedulian, kasih sayang dan cinta, dan dengan demikian muncul model standar keluarga. Ketergantungan satu sama lain, berbagi hak dan tanggung jawab menghasilkan suatu konsep pernikahan.
Keluarga merupakan unit sosial dimana dua atau lebih individu dari kelompok usia yang berbeda dan sifat-sifat karakteristik memutuskan untuk tinggal bersama di bawah satu atap, berbagi hak dan tanggung jawab. Antropolog menafsirkan keluarga menjadi lembaga sosial yang melakukan fungsi penting baik untuk anggota mereka sendiri dan untuk anggota masyarakat.

Fungsi Keluarga

Sebagai lembaga sosial, keluarga memiliki fungsi tertentu. Pemenuhan fungsi ini sangat penting bagi masyarakat agar berfungsi dengan lancar. Ini adalah aspek utama yang membentuk dasar lembaga sosial ini. Fungsi-fungsi keluarga ini meliputi:
  • Membesarkan dan merawat anak-anak secara sosial ekonomi dan psikologis
  • Berbagi tanggung jawab dan pembagian kerja
  • Dukungan psikologis dan ekonomi kepada anggota keluarga
  • Memenuhi kebutuhan batiniah individu
  • Penyediaan tempat berlindung bagi anggota keluarga

Pentingnya Keluarga

Hal ini tidak sulit untuk menyimpulkan pentingnya keluarga. Anda mungkin tidak menyadari bahwa keluarga adalah sekolah pertama ketika anda lahir di dunia ini. Ketika anda melangkah ke dunia ini, anda mulai belajar tentang hubungan sosial. Keluarga adalah lingkungan di mana anda belajar untuk menggunakan segala kemampuan, dengan tujuan untuk memahami dan menghadapi dunia.
Rasa takut hadir dalam diri setiap manusia, kita semua perlu merasa aman, keamanan adalah penting bagi kelancaran kehidupan kita. Keluarga dapat memberikan rasa aman. Anda tidak harus berjuang sendiri melawan apa saja, perasaan ini membantu dalam kemajuan manusia karena dia tidak perlu khawatir tentang keselamatannya.
Sama seperti kebutuhan dasar, manusia juga memiliki kebutuhan psikologis. Pemenuhan kebutuhan tersebut diperlukan untuk keberadaan mental dan fisik. Setiap orang membutuhkan kasih sayang, penghargaan, rasa memiliki, cinta, dll. Hubungan keluarga memberikan semua hal ini tanpa anda menuntutnya. Hal ini juga meningkatkan kepercayaan diri anda dari waktu ke waktu, dan mengajarkan moral dan prinsip-prinsip bermasyarakat.
Sebuah keluarga yang berhasil memenuhi kebutuhan emosional dan sosial menjadi unit yang stabil, dan disebut sebagai keluarga bahagia. Dan kebalikannya disebut sebagai keluarga disfungsional karena tidak dapat memberikan stabilitas kepada anggotanya.
Keluarga mengajarkan kita nilai dari hubungan dalam kehidupan. Berhubungan dengan keluarga seseorang adalah seperti berurusan dengan kehidupan seseorang itu sendiri – ada saat-saat baik dan buruk, ada saat-saat bahagia dan sedih. Terlepas dari semua itu, jika kita tidak berhenti mencintai hidup kita, mengapa kita harus berhenti mencintai keluarga kita

INDIVIDU KELUARGA DAN MASYARAKAT

Manusia pada dasarnya adalah mahluk yang hidup dalam kelompok dan mempunyai organisme yang terbatas di banding jenis mahluk lain ciptaan Tuhan. Untuk mengatasi keterbatasan kemampuan organisasinya itu, menusia mengembangkan sistem-sistem dalam hidupnya melalui kemampuan akalnya seperti sistem mata pencaharian, sistem perlengkapan hidup dan lain-lain. Dalam kehidupannya sejak lahir manusia itu telah mengenal dan berhubungan dengan manusia lainnya. Seandainya manusia itu hidup sendiri, misalnya dalam sebuah ruangan tertutup tanpa berhubungan dengan manusia lainnya, maka jelas jiwanya akan terganggu.
Naluri manusia untuk selalu hidup dan berhubungan dengan orang lain disebut “gregariousness” dan oleh karena itu manusia disebut mahluk sosial. Dengan adanya naluri ini, manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kehidupannya dan memberi makna kepada kehidupannya, sehingga timbul apa yang kita kenal sebagai kebudayaan yaitu sistem terintegrasi dari perilaku manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian manusia dikenal sebagai mahluk yang berbudaya karena berfungsi sebagai pembentuk kebudayaan, sekaligus apat berperan karena didorong oleh hasrat atau keinginan yang ada dalam diri manusia yaitu :
  •  menyatu dengan manusia lain yang berbeda disekelilingnya
  •  menyatu dengan suasana dalam sekelilingnyaKesemua itu dapat terlihat dari reaksi yang diberikan manusia terhadap alam yang kadang kejam dan ramah kepada mereka. Manusia itu pada hakekatnya adalah mahluk sosial, tidak dapat hidup menyendiri. Ia merupakan “Soon Politikon” , manusia itu merupakan mahluk yang hidup bergaul, berinteraksi. Perkembangan dari kondisi ini menimbulkan kesatuan-kesatuan manusia, kelompok-kelompok sosial yang berupa keluarga, dan masyarakat. Maka terjadilah suatu sistem yang dikenal sebagai sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang mengatur kehidupan mereka, memenuhi kebutuhan hidupnya.
    MANUSIA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU
    Individu berasal dari kata latin “individuum” artinya yang tidak terbagi, maka kata individu merupakan sebutan yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan. Istilah individu dalam kaitannya dengan pembicaraan mengenai keluarga dan masyarakat manusia, dapat pula diartikan sebagai manusia.
    Dalam pandangan psikologi sosial, manusia itu disebut individu bila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang
    tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khsa didalam lingkungan sosialnya, meliankan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Didalam suatu kerumunan massa manusia cenderung menyingkirkan individualitasnya, karena tingkah laku yang ditampilkannya hamper identik dengan tingkah laku masa.
    Dalam perkembangannya setiap individu mengalami dan dibebankan berbagai peranan, yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup dengan sesame manusia. Seringakli pula terdapat konflik dalam diri individu, karena tingkah laku yang khas dirinya bertentangan dengan peranan yang dituntut masyarakatnya. Namun setiap warga masyarakat yang namanya individu wajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya sebagai bagian dari perilaku sosial masyarakatnya. Keberhasilan dalam menyesuaikan diri atau memerankan diri sebagai individu dan sebagai warga bagian masyarakatnya memberikan konotasi “maang” dalam arti sosial. Artinya individu tersebut telah dapat menemukan kepribadiannya aatau dengan kata lain proses aktualisasi dirinya sebagai bagian dari lingkungannya telah terbentuk.
    Pertumbuhan Individu
    Perkembangan manusia yang wajar dan normal harus melalui proses pertumbuhan dan perkembangan lahir batin. Dalam arti bahwa individu atau pribadi manusia merupakan keselurhan jiwa raga yang mempunyai cirri-ciri khas tersendiri. Walaupun terdapat perbedaan pendapat diantara para ahli, namun diakui bahwa pertumbuhan adalah suatu perubahan yang menuju kearah yang lebih maju, lebih dewasa. Timbul berbagai pendapat dari berbagai aliran mengenai pertumbuhan. Menurut para ahli yang menganut aliran asosiasi berpendapat, bahwa pertumbuhan pada dasarnya adalah proses asosiasi. Pada proses asosiasi yang primer adalah bagian-bagian. Bagian-bagian yang ada lebih dahulu, sedangkan keseluruhan ada pada kemudian. Bagian-bagian ini terikat satu sama lain menjadi keseluruhan asosiasi. Dapat dirumuskan suatu pengertian tentang proses asosiasi yaitu terjadinya perubahan pada seseorang secara tahap demi tahap karena pengaruh timbal balik dari pengalaman atau empiri luar melalui pancaindera yang menimbulkan sensations maupun pengalaman dalam mengenal keadaan batin sendiri yang menimbulkan sensation.
    Menurut aliran psikologi gestalt pertmbuhan adalah proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi yang pokok adalah keseluruhan sedang bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian dari keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lain. Jadi menurut proses ini keselurhan yang lebih dahulu ada, baru kemudian menyusul bagian-bagiannya. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ini adalah proses perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal suatu yangsemula mengenal sesuatu secara keseluruhan baru kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan yang ada.
    Konsep aliran sosiologi tentang pertumbuhan menganggap pertumbuhan itu adalah proses sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat mula-mula yang asosial atau juga sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan.
    Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan :
  • Pendirian Nativistik. Menurut para ahli dari golongan ini berpendapat bahwa pertumbuhan itu semata-mata ditentukan oleh factor-faktor yang dibawa sejak lahir
  • Pendirian Empiristik dan environmentalistik. Pendirian ini berlawanan dengan pendapat nativistik, mereka menganggap bahwa pertumbuhan individu semata-nmata tergantung pada lingkungan sedang dasar tidak berperan sama sekali.
  • Pendirian konvergensi dan interaksionisme. Aliran ini berpendapat bahwa interaksi antara dasar dan lingkungan dapat menentukan pertumbuhan individu.

PRANATA SOSIAL DAN INSTUSIONALISASI MASYARAKAT


Pranata atau institusi adalah norma atau aturan mengenai suatu aktivitas masyarakat yang khusus. Norma/aturan dalam pranata berbentuk tertulis (undang-undang dasar, undang-undang yang berlaku, sanksi sesuai hukum resmi yang berlaku) dan tidak tertulis (hukum adat, kebiasaan yang berlaku, sanksinya ialah sanksi sosial/moral (misalkan dikucilkan)). Pranata bersifat mengikat dan relatif lama serta memiliki ciri-ciri tertentu yaitu simbol, nilai, aturan main, tujuan, kelengkapan, dan umur.
Institusi dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
Institusi formal adalah suatu institusi yang dibentuk oleh pemerintah atau oleh swasta yang mendapat pengukuhan secara resmi serta mempunyai aturan-aturan tertulis/ resmi. Institusi formal dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
Institusi pemerintah adalah lembaga yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan suatu kebutuhan yang karena tugasnya berdasarkan pada suatu peraturan perundang-undangan melakukan kegiatan untuk meningkatkan pelayanan masyarakat dan meningkatkan taraf kehidupan kebahagiaan kesejahteraan masyarakat. Institusi Pemerintah atau Lembaga Pemerintah dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
Lembaga pemerintah yang dipimpin oleh seorang menteri.
Lembaga pemerintah yang tidak dipimpin oleh seorang menteri, dan bertanggung jawab langsung kepada presiden (disebut Lembaga Pemerintah Non-Departemen). Contoh : Lembaga Administrasi Negara dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Institusi swasta adalah institusi yang dibentuk oleh swasta (organisasi swasta) karena adanya motivasi atau dorongan tertentu yang didasarkan atas suatu peraturan perundang-undangan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Institusi atau lembaga ini secara sadar dan ikhlas melakukan kegiatan untuk ikut serta memberikan pelayanan masyarakat dalam bidang tertentu sebagai upaya meningkatkan taraf kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Contoh : Yayasan Penderita Anak Cacat, Lembaga Konsumen, Lembaga Bantuan Hukum, Partai Politik.
Institusi non-formal adalah suatu institusi yang tumbuh dimasyarakat karena masyarakat membutuhkannya sebagai wadah untuk menampung aspirasi mereka. Ciri-ciri institusi non-formal antara lain:
Tumbuh di dalam masyarakat karena masyarakat membentuknya, sebagai wadah untuk menampung aspirasi mereka.
Lingkup kerjanya, baik wilayah maupun kegiatannya sangat terbatas.
Lebih bersifat sosial karena bertujuan meningkatkan kesejahteraan para anggota.
Pada umumnya tidak mempunyai aturan-aturan formal (Tanpa anggaran dasar/Anggaran rumah tangga).
 
B. Norma - norma dalam masyarakat
       Norma sosial  adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.
Norma tidak boleh dilanggar. Siapa pun yang melanggar norma atau tidak bertingkah laku sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam norma itu, akan memperoleh hukuman. Misalnya, bagi siswa yang terlambat dihukum tidak boleh masuk kelas, bagi siswa yang mencontek pada saat ulangan tidak boleh meneruskan ulangan.
Norma merupakan hasil buatan manusia sebagai makhluk sosial. Pada awalnya, aturan ini dibentuk secara tidak sengaja. Lama-kelamaan norma-norma itu disusun atau dibentuk secara sadar. Norma dalam masyarakat berisis tata tertib, aturan, dan petunjuk standar perilaku yang pantas atau wajar.

 1.Cara (usage)
Cara adalah suatu bentuk perbuatan tertentu yang dilakukan individu dalam suatu masyarakat tetapi tidak secara terus-menerus.
Contoh: cara makan yang wajar dan baik apabila tidak mengeluarkan suara seperti hewan.
2.Kebiasaan (Folkways)
Kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang dengan bentuk yang sama yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan-tujuan jelas dan dianggap baik dan benar.
Contoh: Memberi hadiah kepada orang-orang yang berprestasi dalam suatu kegiatan atau kedudukan, memakai baju yang bagus pada waktu pesta.
3.Tata kelakuan (Mores) Tata kelakuan adalah sekumpulan perbuatan yang mencerminkan sifat-sifat hidup dari sekelompok manusia yang dilakukan secara sadar guna melaksanakan pengawasan oleh sekelompok masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Dalam tata kelakuan terdapat unsur memaksa atau melarang suatu perbuatan.
Contoh: Melarang pembunuhan, pemerkosaan, atau menikahi saudara kandung.
4.Adat istiadat (Custom)
Adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinya

C. INSTITUSIONALISASI

nstitusionalisasi adalah suatu proses terbentuknya suatu institution. Suatu bentuk tindakan atau pola perilaku yang sebelumnya merupakan sesuatu yang baru, kemudian diakui keberadaannya, dihargai, dirasakan manfaatnya dan seterusnya diterima sebagai bagian dari pola tindakan dan pola perilaku lingkungan tertentu. Proses institusionalisasi terjadi apabila pola perilaku tersebut semakin melembaga, semakin mengakar dalam kehidupan lingkungan sosial tertentu. Oleh sebab itu dalam proses institusionalisasi yang terpenting bukan kehadiran suatu organisasi atau institute sebagai wadahnya, melainkan hadirnya suatu pola tingkah laku yang semakin melembaga(institution).
        Dalam kaitannya dengan pelayanan sosial, dikatakan telah terjadi institusionalisasi apabila tindakan pelayanan sosial dan hasilnya bukan merupakan kegiatan yang bersifat insidental, melainkan kegiatan yang berkesinambungan, terstruktur dan merupakan bagian integral dari pola aktivitas yang terlembagakan. Dalam usaha pelayanan sosial institusionalisasi terjadi baik bagi pihak yang memberi maupun yang menerima pelayanan. 
       Bagi pihak yang memberikan pelayanan sosial, kegiatan pelayanan sosial dilakukan secara berkelanjutan, dilakukan oleh perangkat yang menjadi bagian integral dari sistem organisasi pemberi pelayanan tersebut, dengan menggunakan pendekatan yang sudah teruji. Bagi penerima pelayanan sosial, institusionalisasi berarti hasil dari pelayanan tersebut bukan merupakan dampak sesaat melainkan berkelanjutan, walaupun pelayanan sudah dihentikan.

Institusionalisasi Pemberi Pelayanan
Secara garis besar, terjadinya institusionalisasi pemberi pelayanan sosial membutuhkan beberapa prasarat:
1.adanya  bagian dari sitem memenjemen institusi yang yang secara khusus menangani usaha pelayanan sosial
2.adanya alokasi  anggaran yang disediakan untuk kegiatan pelayanan sosial setiap tahun anggaran
3.adanya  tenaga yang mempunyai kompetensi dibidang pelayanan sosial
4.adanya  program program pelayanan sosial yang berkesinambungan
5.adanya  pendekatan yang sudah teruji baik untuk menjamin ketepatan kelompok sasaran maupun  untuk mewujudkan prinsip .
Institusionalisasi Penerima Pelayanan:
Institusionalisasi pada pihak penerima pelayanan diusahakan melalui perwujudan beberapa kondisi berikut
1.kesinambungan aktivitas penerima pelayanan yang distimulasi oleh pelayanan sosial
2.pengembangan kapasitas sebagai dampak positif dari pelayanan sosial yang diterima
3.apabila pelayanan sosial diberikan pada kelompok atau masyarakat, ditandai dengan adanya institusi yang merupakan 
  organization that are institution
4.tidak mengakibatkan ketrergantungan sebagai akibat pelayanan, kecuali bagi penerima yang karena kondisinya memang mengharuskan demikian
5.kondisi kehidupan yang semakin meningkat dari penerima pelayanan

Langkah langkah  :
  1.Melalui proses bekerja sambil belajar.
Dalam proses ini melalui kegiatan pelayanan sosial terjadi proses  saling belajar antara pemberi dan penerima pelayanan. Proses saling belajar juga lebih menjamin pelayanan yang diberikan sesuai kebutuhan penerima,  dan lebih menjamin dimanfaatkannya potensi dan kearifan lokal
   2.Melalui proses bekerja sambil belajar tersebut peranan pemberi pelayanan semakin dikurangi, sebaliknya peranan penerima  pelayanan semakin ditingkatkan. Hal itu juga berlaku dalam hal alokasi sumberdaya.
   3.Melalui proses bekerja sambil belajar seperti itu kemudian terwujud pola aktivitas yang melembaga.
   4.Apabila institusionalisasi sudah dianggap cukup, maka kondisi itu merupakan saat yang tepat untuk       menghentikan pelayanan sosial yang diberikan. Tahap ini sering juga disebut terminasi atau disengagement.
   5.Karena sudah terjadi institusionalisasi, kegiatan terus berjalan bahkan diharapkan terus meningkat walaupun pelayanan sudah dihentikan

Sumber :

Selasa, 26 November 2013

MISKIN BUKAN HALANGAN UNTUK BERTEKNOLOGI

Berasal dari keluarga yang tidak mampu, Dewi Sartika mempunyai cita-cita untuk menjadi dokter. Bermodal keinginan yang gigih dan bantuan dari organisasi nirlaba pengembangan anak Plan, anak pertama dari dua bersaudara ini akhirnya berhasil meraih cita-citanya.
“Selama 16 tahun saya menjadi anak asuh Plan, sekarang saya dokter tidak tetap di Tanah Toa, Sulawesi Selatan dan Alhamdulillah kontrak saya diperpanjang sampai tahun depan,” kata Dewi, di acara ulang tahun Plan, Sabtu (24/3).
Memperingati hari jadinya yang ke-75, organisasi nirlaba Plan mengundang puluhan anak asuhnya untuk saling berbagi pengalaman di Semarang, Jawa Tengah.
Dewi Sartika, yang berasal dari Desa Sukasari, Bogor dan berusia 24 tahun, berbagi pengalaman bagaimana akhirnya dia bisa meraih cita-citanya dengan anak-anak asuh Plan yang datang dari berbagai desa di Pulau Jawa.
“Bapak saya sopir angkot dan ibu tukang gorengan. Cita-cita saya sejak kecil memang ingin jadi dokter,” ujarnya.
Dewi, yang namanya diambil dari nama pahlawan emansipasi yang berasal dari Bandung, Jawa Barat, Dewi Sartika, menyemangati anak-anak asuh yang lain untuk terus berusaha dan mengejar cita-cita mereka.
“Kalau kita mau berusaha pasti ada cara. Banyak yang berpikir kuliah kedokteran itu mahal. Tapi Alhamdulillah selama kuliah saya tidak pernah membayar,” kata Dewi.
Selama menempuh Pendidikan di Universitas Diponegoro, Semarang, Dewi berusaha meminimalisir biaya kuliahnya.
“Buku saya pinjam dari kakak kelas. Jaman sekarang lebih enak lagi karena sudah ada internet, bisa download e-book,” lanjutnya lagi.
“Jangan khawatir dan jangan malu, di kampus saya ada juga anak tukang becak dan anak penjual nasi kucing. Yang penting mau berusaha,” kata Dewi.
Dedikasikan Hidup untuk Orang Lain
Setelah berhasil meraih cita-citanya, kini Dewi mendedikasikan hidupnya untuk membantu orang lain.
Di tempat dinasnya, Dewi juga membentuk kelompok bermain dan belajar anak.
“Di sana pendidikannya sangat berbeda dengan di kota. Guru datang siang, anak kelas 2 SD belum bisa membaca dan kelas 4 SD belum bisa berhitung,” sambungnya lagi.
“Di sana juga masyarakat jarang mengenal WC. Mereka buang air besar di kebun lalu ditinggal,” katanya.
“Selain membantu pelajaran sekolah saya juga mengajarkan hal-hal sederhana seperti mencuci tangan dan kebersihan. Sederhana tapi bisa membuat hidup mereka lebih baik,” kata Dewi.
Riwayat Plan
Bermula dari niatan seorang wartawan berkebangsaan Inggris bernama John Langdon Davies dan Eric Muggeridge, untuk membantu anak-anak korban perang saudara di Spanyol tahun 1937, Plan kini telah menjadi organisasi global yang bekerja di 50 negara berkembang termasuk Indonesia.
Meskipun program utama Plan adalah sponsorship anak, namun Plan juga memfokuskan pada pengembangan masyarakat yang berpusat pada kepentingan anak.
Contohnya adalah pendirian kelompok anak di daerah program unit Plan yang tersebar di 9 kabupaten di Indonesia yaitu Rembang, Kebumen, Grobogan, Dompu, Sikka, Lembata, Soe, Kefamenanu dan Nagekeo. 
sumber : 

TINDAKAN DISKRIMINASI PADA LINGKUNGAN

Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.
Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi
Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama.
Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan.

                Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan yang lain. Atau Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi. Diskriminasi langsung Terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya diskriminasi. Diskriminasi tidak langsung terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan.
Faktor penyebab diskriminasi Perbedaan latar belakang Perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama Perkembangan sosio kultural dan situasional Perbedaan kepentingan Perbedaan individu
Bentuk Diskriminasi di Indonesia Diskriminasi dalam keluarga Diskriminasi dalam tempat kerja Diskriminasi Kebijakan, undang- undang dan pelayanan Diskriminasi kelamin, ras dan sosial dll

  • Keagamaan  Gemar Silaturahmi
  •  Bersikap Toleransi Pemerintahan
  • Pembentukan ratifikasi dan pengawasan UU
  • Meningkatkan pelayanan masyarakat Pendidikan
  • Learn to know • Learn to do • Learn to live together
  • Learn to be Kebangsaan
  • Semangat kebangsaan
  • Membangun karakter Nasional Sosial dan Ekonomi
  • Menumbuhkan jiwa bermoral
  • Menanamkan sikap sportif Solusi Permasalahan Diskriminasi

Sebab dan alasan kerusuhan ini masih banyak diliputi ketidakjelasan dan kontroversi sampai hari ini. Namun demikian umumnya masyarakat Indonesia secara keseluruhan setuju bahwa peristiwa ini merupakan sebuah lembaran hitam sejarah Indonesia. Sementara beberapa pihak, terutama pihak Tionghoa, berpendapat ini merupakan tindakan pembasmian (genosida) terhadap orang Tionghoa, walaupun masih menjadi kontroversi apakah kejadian ini merupakan sebuah peristiwa yang disusun secara sistematis oleh pemerintah atau perkembangan provokasi di kalangan tertentu hingga menyebar ke masyarakat.

sumber :

LUNTUR BUDAYA DAN KESENIAN DI INDONESIA

Kesenian dan budaya di Indonesia adalah suatu mahakarya dari suku berbeda namun tetap satu bangsa dan negara yang luar biasa hebat dan juga sangat unik, bagi kalangan warga negara asing sama mereka melihat bahwa kesenian dan budaya di negara ini begitu luar biasa selain dari keindahan pemandangan yang menjadi daya tarik para wisatwan namun dari bidang seni dan budaya bisa menjadi daya tarik tersendiri, karena selain menjadi suatu tontonan yang menarik dan juga bisa sebagai menjadi ilmu pelajaran dan juga menambah wawasan kita sendiri.
Realita sekarang menunjukkan para generasi muda lebih memilih budaya asing disebabkan kurangnya perhatian dari masyarakat untuk terus mempertahankan nilai-nilai tradisional dalam kehidupan. Pendapat yang menyatakan bahwa budaya tradisional dianggap kolot seakan disetujui oleh sebagian besar masyarakat. Inilah yang mengikis budaya tradisional da akhirnya malah dilupakan oleh masyarakat.
Contoh yang dapat kita lihat adalah dari segi berpakaian. Umumnya, generasi muda saat ini lebih mengutamakan kemewahan yang nantinya dapat menunjukkan status social atau kasta mereka masing-masing. Atau contoh lainnya, merebaknya penggunaan internet yang justru dipergunakan sebagai transaksi illegal maupun situs porno yang akibatnya bisa merusak generasi kita. Tidak hanya itu, di berbagai sekolah pun sudah mulai mengganti kegiatan ekstrakurikuler gamelan menjadi ekstrakurikuler band. Juga di saluran televise nasional mulai menghentikan pertunjukan wayang kulit menjadi pertunjukan musik modern. Walaupun begitu, ada juga yang memodernisasikannya dengan kemunculan komedi tradisional modern, misalnya Opera Van Java.
Padahal jika kita menelusuri lebih lanjut, budaya tradisional Indonesia mempunyai corak khas dibandingkan budaya asing tersebut. Corak khas dari budaya tradisional tampil melalui unsur kebudayaan fisik, adanya pranata-pranata dari suatu pola sosial khusus serta adanya perbedaan suatu tema budaya khusus yang dianut masyarakatnya. Hal inilah yang menyebabkan budaya Indonesia lebih mencolok dan dapat dibedakan dari budaya asing lainnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam budaya tradisional menekankan untuk terciptanya kesatuan manusia yang merasakan keterikatan oleh keseragaman.
Keterikatan inilah yang nantinya dapat mengontrol cara pemikiran masyarakat untuk terus berada dalam jalur yang sesuai dengan ideologi nasional Indonesia. Sehingga komunikasi antara manusia dan mobilitas manusia yang semakin meluas seharusnya dapat meningkatkan nilai-nilai budaya 

Beberapa solusi mengantisipasi hal ini adalah :
·                     Bersikap kritis terhadap budaya asing yang merusak.
·                     Meningkatkan pengetahuan dan teknologi yang disertai peningkatan iman dan takwa.
·                     Menumbuhkan rasa nasionalisme yang kuat.
·                     Menanamkan dan mengamalkan  ajaran agama.
·                     Melaksanakan supremasi hukum.
·                     Selektif terhadap segala budaya asing.

Cara ini dapat kita lakukan melalui ceramah, dialog, diskusi maupun penyampaian melalui media elektronik dan media cetak, misalnya :
 Melalui keteladanan, yaitu memberikan contoh sikap perilaku yang mengutamakan kepentingan nasional sehingga muncul rasa nasionalisme. Contohnya, mengadakan upacara tiap hari Senin atau memberikan penghargaan bagi para penari 
Edukasi, yaitu memberikan pendidikan formal maupun informal kepada seluruh lapisan masyarakat terutama generasi muda. Contohnya, mendirikan ekskul tari tradisional di 
Menciptakan komunikasi demi terciptanya kesatuan pemahaman tentang nilai budaya. Contohnya, mengadakan pertunjukan wayang kulit yang isi ceritanya tentang moral 
Melaksanakan pengelolaan kebudayaan. Contohnya, mendirikan museum batik yang terdiri dari seluruh hasil karya batik 
Dengan antisipasi tersebut, diharapkan nantinya generasi muda akan berminat kepada kebudayaan tradisional ketimbang budaya asing yang kini mulai merusak tata cara pergaulan mereka. 
sumber : 

Rabu, 27 Maret 2013

Klasifiasi Ilmu Pengetahuan

KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN

KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN

A.     Latar Belakang
Ilmu pengetahuan berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia yang berlangsung secara bertahap. Ilmu pengetahuan ini merupakan implementasi dari pengetahuan yang ada yang didasarkan pada rasio dan kaidah-kaidah yang ada. Dengan ilmu pengetahuan kita dapat mengetahui sesuatu yang lebih jelas lagi. Bahkan dengan ilmu pengetahuan manusia memenuhi kodratnya yaitu sebagai khalifah di bumi. Karena dengan ilmu pengetahuanlah manusia dapat memanfaatkan semua fasilitas yang ada di bumi ini dengan sebaik-baiknya tanpa mengadakan perusakan.
Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidup ini. Dia memikirkan hal-hal baru, menjelajah ufuk baru, karena dia bukan sekedar hidup, namun lebih dari itu. Dengan ilmu pengetahuan, manusia mengembangkan kebudayaan, memberi makna pada kehidupan, dan memanusiakan diri dalam kehidupannya. Bahkan lebih luas lagi ilmu pengetahuan dapat membantu manusia untuk mencapai tujuan hidupnya.
Pada masa modern sekarang ini, ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat pesat. Muncul berbagai disiplin ilmu baru yang merupakan cabang dari ilmu pengetahuan yang sudah ada. Sehingga banyak manusia yang kebingungan untuk memilah ilmu mana yang seharusnya mereka pelajari untuk membantu mencapai tujuan mereka. Disamping itu juga terjadinya pembelajaran ilmu pengetahuan secara campuran yang mengakibatkan orang atau manusia kebingungan dengan karakteristik dan tujuan ilmu yang mereka pelajari.
Maka dari itu Kami akan mengungkap mengenai karakteristik ilmu pengetahuan secara umum dan juga karakteristik masing-masing bidang ilmu pengetahuan. Namun sebelumnya Kami akan menampilkan dahulu mengenai klasifikasi ilmu pengetahuan agar memudahkan Kami dalam menganalisis karakternya masing-masing, yang Kami ambil dari berbagai referensi yang ada dan juga dari pengetahuan dan pengalaman yang Kami miliki.
B.     Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan berasal dari dua kata yaitu ilmu dan pengetahuan. Sebenarnya nama ini mengalami yang namanya redudensi peristilahan (words redudancy), yang tujuannya untuk lebih menegaskan suatu makna, seperti jatuh ke bawah, naik ke atas dan lain sebagainya.
Pengetahuan : Persepsi subyek (manusia) atas obyek (riil dan gaib) atau fakta. Ada dua term pengetahuan, yaitu “pengetahuan ilmiah” dan “Pengetahuan Biasa“. Pengetahuan Biasa (knowledge) diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan, seperti perasaan pikiran, pengalaman, pancaindera dan intuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan objek, cara dan kegunaannya. Sedangkan “Pengetahuan Ilmiah” (science) juga merupakan keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan untuk mengetahui sesuatu, tetapi dengan memperhatikan obyek, cara yang digunakan dan kegunaan dari pengetahuan tersebut. Dengan kata lain, pengetahuan ilmiah memperhatikan obyek ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologis dari pengetahuan itu sendiri. Baik Science atau knowledge pada dasamya keduanya merupakan hasil observasi pada fenomena alam atau fenomena sosial.
Ilmu, menurut An-Nabhani, adalah pengetahuan (knowledge, ma‘rifah) yang diperoleh melalui metode pengamatan (observation), percobaan (experiment), dan penarikan kesimpulan dari fakta empiris (inference). Contohnya adalah fisika, kimia, dan ilmu-ilmu eksperimental lainnya. Adapun tsaqâfah adalah pengetahuan yang diperoleh melalui metode pemberitahuan (al-ikhbâr), penyampaian transmisional (at-talaqqi), dan penyimpulan dari pemikiran (istinbâth). Contohnya adalah sejarah, bahasa, hukum, filsafat, dan segala pengetahuan non-eksperimental lainnya.
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan hanya sekedar penarikan kesimpulan dari fakta atau empiris yang melalui pengamatan.
Sementara itu secara istilah, ilmu terdapat beberapa pendapat, antara lain:
v  Menurut Abdurrohman al akhdhori, ilmu adalah membuahkan pikiran akan arti dari sesuatu, contoh pisang, pikiran kita pasti dapat membayangkan arti dari kata pisang dalam pikiran.
v  Menurut Ashley Montagu, ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan studi dan pengalaman untuk menemukan hakekat dan prinsip tentang sesuatu yang sedang dipelajari.
v  Menurut Zakiah Darajat, ilmu adalah seperangkat rumusan pengembangan pengetahuan yang dilaksanakan secara obyektif, sistematis baik dengan pendekatan deduktif, maupun induktif yang dimanfaatkan untuk memperoleh keselamatan, kebahagiaan dan pengamanan manusia yang berasal dari Tuhan dan disimpulkan oleh manusia melalui hasil penemuan pemikiran oleh para ahli.
Zakiyah Darajat disini menganggap bahwa ilmu dengan ilmu pengetahuan itu sama, karena sebenarnya antara ilmu dengan ilmu  pengetahuan tersebut sama, hanya saja sebagaimana penulis terangkan diatas yaitu terjadi redudensi peristilahan.
Ilmu Pengetahuan : kumpulan pengetahuan yang benar disusun dengan sistem dan metode untuk mencapai tujuan yang berlaku universal dan dapat diuji/diverifikasi kebenarannya. Ada juga yang mengartikan bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang (1) disusun metodis, sistematis dan koheren (“bertalian”) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan (realitas), dan yang (2) dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) tersebut.
Dalam konteks ilmu sosial, ilmu pengetahuan adalah akumulasi pengetahuan-pengetahuan yang telah lalu sehingga membentuk suatu bangunan tertentu yang bisa dibenarkan dan bisa disalahkan.
C.     Karakteristik Umum Ilmu Pengetahuan
Ciri Ilmu perlu memperhatikan dua aspek, yaitu : sifat ilmu dan klasifikasi ilmu. Mengenai sifat ilmu akan dibahas dalam subbab ini, sedangkan mengenai klasifikasi ilmu akan dibahas pada subbab selanjutnya.
Ilmu pengetahuan mempunyai sifat, antara lain:
v  Sistematik
v  Konsisten (antara teori satu dengan yang lain tak bertentangan)
v  Eksplisit    (disepakati dapat secara universal, bukan hanya dikalangan kecil).
v  Ilmiah, benar (pembuktian dengan metode ilmiah).
Disamping itu suatu ilmu pengetahuan mempunyai ciri lain yaitu:
v  bukan satu, melainkan banyak (plural)
v  bersifat terbuka (dapat dikritik)
v  berkaitan dalam memecahkan.
Ciri khas nyata dari ilmu pengetahuan (science) yang tidak dapat diingkari meskipun oleh para ilmuwan adalah bahwa ia tidak mengenal kata “kekal”. Apa yang dianggap salah di masa silam misalnya, dapat diakui kebenarannya di abad modern. Pandangan terhadap persoalan-persoalan ilmiah silih berganti, bukan saja dalam lapangan pembahasan satu ilmu saja, tetapi terutama juga dalam teori-teori setiap cabang ilmu pengetahuan. Dahulu, misalnya, segala sesuatu diterangkan dalam konsep material (istilah-istilah kebendaan) sampai-sampai manusia pun hendak dikatagorikan dalam konsep tersebut. Sekarang ini terdapat psikologi yang membahas mengenai jiwa, budi dan semangat, telah mengambil tempat tersendiri dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Dalam redaksi lain dikatakan ilmu pengetahuan mempunyai ciri-ciri umum yaitu:
v  Obyek ilmu pengetahuan adalah empiris.
v  Ilmu pengetahuan mempunyai karakteristik tersendiri, yaitu mempunyai sistematika.
v  Ilmu dihasilkan dari pengamatan, pengalaman studi dan pemikiran.
v  Sumber segala ilmu adalah Tuhan, karena Dia yang menciptakannya.
Fungsi ilmu adalah untuk keselamatan, kebahagiaan, pengamanan manusia dari segala sesuatu yang menyulitkan.
Van Melsen mengemukakan beberapa ciri yang menandai ilmu,  sebagaimana yang dikutip Rizal Muntasyir dan Misnal Munir, yaitu: (1) Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai keseluruhan yang secara logis koheren. Itu berarti adanya sistem dalam penelitian (metode) maupun harus (susunan logis). (2) Ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tanggung jawab ilmuwan. (3) Universalitas ilmu pengetahuan. (4) Objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif. (5) Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan, karena ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan. (6) Progresifitas, artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh, bila mengandung pertanyaan-pertanyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru lagi. (7) Kritis, artinya tidak ada teori ilmiah yang difinitif, setiap teori terbuka bagi setiap peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru. (8) Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertautan antara teori dengan praktis.
Jadi setiap ilmu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan bila memiliki ciri-ciri atau karakteristik umum diatas. Sementera itu mengenai karakteristik khusus ilmu pengetahuan setelah adanya klasifikasi ilmu pengetahuan akan diterangkan kemudian.
D.     Klasifikasi Ilmu Pengetahuan
Dalam subbab ini Kami akan membahas mengenai klasifikasi ilmu pengetahuan menurut beberapa ahli. Salah satu Klasifikasi Ilmu :
v  Ilmu Alam (Natural Wissenschaft), Ilmu Alam / Eksakta
v  Ilmu Moral: Ilmu Sosial, Ilmu Humaniora
Dalam khazanah pengetahuan kontemporer, istilah ilmu dalam klasifikasi An-Nabhani di atas identik dengan ilmu-ilmu alam (natural sciences), yang sering disingkat ‘sains’, sedangkan tsaqâfah kurang lebih identik dengan ilmu-ilmu sosial (social sciences).
Sebagian intelektual, seperti Jujun S. Suriasumantri, mengklasifikasikan pengetahuan menjadi dua cabang besar, yaitu ilmu (science), (yang mencakup ilmu-ilmu alam dan sosial), dan humaniora (humanities). Humaniora, menurut Elwood  adalah seperangkat sikap dan perilaku moral manusia terhadap sesamanya  yang meliputi filsafat, moral, seni, sejarah, dan bahasa.
Istilah lain dikemukakan oleh S. Waqar Ahmed Husaini dalam bukunya Islamic Sciences, yang mengklasifikasikan pengetahuan menjadi dua, yaitu ilmu-ilmu alam (natural sicencies) dan ilmu-ilmu sosial-humaniora (humanistic-social sciences). Yang terakhir ini adalah gabungan ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Istilah tsaqâfah menurut An-Nabhani tampaknya lebih tepat diterjemahkan sebagaihumanistic-social sciences (ilmu-ilmu sosial-humaniora), daripada sekadar social sciences.
Berkaitan dengan klasifikasi ilmu, penulis lulusan Universitas Chicago ini berpijak pada klasifikasi ilmu teoretis ala al-Farabi yang mengelompokkan ilmu ke dalam tiga ilmu utama: metafisika, matematika,dan ilmu-ilmu alam. Hemat penulis, ketiga kelompok utama ilmu ini akan membentuk klasifikasi ilmu rasional yang integral, tanpa menganaktirikan salah satunya.
Adapun klasifikasi ilmu-ilmu praktis, filsuf Muslim juga membaginya ke dalam tiga jenis, yaitu: etika, ekonomi, dan politik. Dalam hal metodologis, atensi ilmuan Barat terfokus pada metode observasi yang notabene menekankan potensi indra yang berorientasi fisik. Penekanan seperti ini bisa berdampak fatal karena observasi indra bisa saja meleset dan tak kuasa terhadap objek-objek metafisik. Untuk itu, potensi akal dan hati atau intuisi juga harus dilibatkan dalam pengkajian ilmiah. Jauh hari sebelumnya, tradisi filsafat Islam mengakomodasi seluruh potensi tersebut sebagaimana terlihat pada konsep Suhrawardi yang membagi pendekatan kepada dua macam, yaitu: diskursif (bahtsi) dan eksperiensial (dzauqi).
Sementara itu menurut ahli dari Malaysia mengklasifikasikan ilmu pengetahuan sebagai berikut: Ilmu yang sifatnya “periksa” dapat dibagi menjadi dua cabang besar yaitu: 1. Ilmu-ilmu alam bernyawa seperti biologi, kedokteran, dsb. Dan 2. Ilmu-ilmu alam tak bernyawa seperti kimia, fisika, astronomi, dsb. Ungkapan-ungkapan “perasaan (rasa)” orang saat berinteraksi antar sesamanya, membuahkan 3. Ilmu untuk berinteraksi itu sendiri atau ilmu bahasa dan
4. Ilmu-ilmu sosial seperti filsafat, sejarah, politik, psikologi, ekonomi, administrasi, hukum, antropologi-sosial, demografi dsb.
The New Encyclopaedia Britannica membagi-kelompokkan sains yang dimiliki oleh manusia berdasarkan beberapa pohon ilmu sebagai berikut:
  1. Logika (logic)
a.   Sejarah dan filsafat logika (History and philosophy of logic) yang terdiri dari: sejarah logika(History of Logic), filsafat logika, (Philosophy of Logic).
b.   Logika formal, metalogika, logika terapan (Formal logic, metalogic, and applied logic) yang terdiri dari: logika formal (Formal logic), metalogika (Metalogic), logika terapan (Applied logic),
    1. Matematika (Mathematics).
a.   Sejarah dan landasan matematika (History and foundations of mathematics) yang terdiri dari: sejarah matematika (History of mathematics), landasan matematika (Foundations of mathematics).
b.   Cabang-cabang matematik (Branches of mathematics) meliputi: Teori Himpunan (Set Theory), Aljabar (Algebra), Geometri (Geometry), Analisis (Analysis), Kombinatorika dan teori bilangan(Combinatories and number theory), Topologi (Topology),
c.   Penerapan-penerapan matematika (Application of mathematics), meliputi: Matematika sebagai suatu ilmu berhitung (Mathematics as a calculatory science), Statistika (Statistic), Analisis numeris(Numerical analysis), Teori automata (Automata theory), Teori matematis optimisasi (Mathematical theory of optimization), Teori informasi (Information theory), Matematika tentang teori fisika(Mathematical aspects of physical theories).
    1. Ilmu Alam (Natural Science).
a. Sejarah dan filsafat ilmu (History and philosophy of science) yang terdiri dari: Sejarah Ilmu(History of Science), Filsafat ilmu (Phylosphy of science),
b.   Ilmu-ilmu Fisika (Physical sciences) yang dapat dibagi ke dalam: Sejarah ilmu fisika (History of the Physical science), Sifat dasar dan lingkup astronomi dan astrofisika (The nature of enscope of astronomy and astrophysics), Sifat dasar dan lingkup fisika (the Nature of enscope of Physics),Sifat dasar dan lingkup kimia (The nature of enscope of Chemistry),
c.   Ilmu Bumi (the Earth science) yang membahas tentang: Sifat dasar dan sejarah ilmu bumi (The nature and history of the Earth science), Sifat dasar, lingkup dan metode-metode ilmu Bumi khusus(The nature, scope and methods of particular Earth science)
d.   Ilmu-ilmu Biologi (The Biological sciences) yang terdiri dari: Perkembangan ilmu-ilmu biologi(Development of the Biological Sciences), Sifat dasar, lingkup dan metodologi Ilmu Biologis (The nature, scope and methodology of the Biological Sciences), Filsafat Biology (Philosophy of Biology).
e.   Ilmu Kedokteran dan disiplin ilmu yang tergabung (Medicine and affiliated disciplines) yang membahas tentang: Sejarah Ilmu Kedokteran (History of medicine), Bidang-bidang praktek atau penelitian medis khusus (Field of Specialized medical practised or research), Displin ilmu yang tergabung dalam ilmu kedokteran (Disciplines of affiliated with medicine).
f.    Ilmu Sosial dan psikologi (The social sciences and psychology) yang mencakup: Perkembangan ilmu sosial (Development of the Social sciences), Sifat dasar antropologi (The nature of anthropology), Sifat dasar sosiologi (The nature of sociology), Sifat dasar ilmu ekonomi (The nature of economics), Ilmu Politik (Political sciences), Sejarah dan metode psikologi (History and methods of Psychology),
g.   Ilmu Teknologi (The technological sciences) yang mencakup: Sejarah ilmu teknologi (History of technological sciences), Segi-segi akademika dan profesional dari keinsinyuran (Academics and professional aspects of engineering), Sifat dasar dan cakupan ilmu pertanian (The nature and scope of agricultural sceinces), Sifat dasar dan cakupan displin antar ilmu yang baru dikembangkan (The nature and scope of presently developed intersciences disciplines),
4.   Sejarah dan humaniora (History and humanities). Sejarah dan Humaniora dapat dibagi lagi ke dalam:
a.   Historiografi dan studi sejarah (historyography and the study ofhistory), meliputi: Historiografi(historyography), Penyelidikan dan penelitian sejarah modern (modern hitorical investigation and research), Filsafat sejarah (Philosophy of History),
b.   Humaniora dan kesarjanaan humanistik (the Humanities and humanistics scholarship), meliputi: Sejarah kesarjanaan humanistik (History of humanistic scholarship), Humaniora (The humanities).
5.   Filsafat (philosophy). Filsafat terdiri dari:
a.   Sifat dasar dan pembagian filsafat (The nature and the divisions of philosophy), meliputi: Sifat dasar, lingkup dan metode filsafat (The nature, scope and methods of philosophy), Pembagian filsafat (The divisions of philosophy),
b.   Sejarah filsafat (History of philosophy), meliputi: Penulisan sejarah filsafat (The writings of history of philosophy), Sejarah filsafat Barat (History of Western Philosophy), Filsafat bukan Barat(Non Westerns Philosophy), Filsafat yang berhubungan dengan agama (Philosophies associated with religions),
c.   Aliran dan ajaran filsafat (Philosiphycals Schools and doctrines), meliputi: Aliran-aliran filsafat utama di Barat (Major Philosiphycal Schools in the West), Teori ada dan eksistensi (Theories of Beeing and Existence), Teori pikiran, pengetahuan dan daya budi (Theories of Thought and Knowledge and Faculties of Minds), Teori perilaku (Theories of conduct),
Sedangkan The World Book Encyclopedia membagi sains menjadi:
1.   Matematika dan logika (Mathematics and logic). Contohnya: aritmatika, aljabar, kalkulus dan statistik.
2.   Ilmu Fisika (The Physical science). Contohnya: Astronomi, kimia, geologi, meteorologi dan fisika.
3.   Ilmu Kehidupan (The Life science). Contohnya: Zoologi, botani, fisiologi, taksonomi dan ekologi.
4. Ilmu Sosial (Social science). Contohnya: Antropologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi dan ilmu sosial.
Sementara itu menurut penulis ilmu pengetahuan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
v  Ilmu kerohanian, yang meliputi: ilmu jiwa (psikologi) dan ilmu agama.
v  Ilmu humaniora atau ilmu kebudayaan, yang meliputi: sastra, sejarah, ilmu pendidikan, dan ilmu filsafat.
v  Ilmu sosial, yang meliputi: ilmu hukum, ilmu ekonomi, ilmu sosial politik, ilmu ketatanegaraan.
v  Ilmu eksakta dan tehnik, meliputi: ilmu hayat, ilmu kedokteran, ilmu farmasi, ilmu kedokteran hewan, ilmu pertanian, ilmu pasti dan alam, ilmu tehnik dan ilmu biologi.
E.     Karakteristik Masing-Masing Ilmu Pengetahuan
Dalam subbab ini penulis akan membahas lebih mendalam mengenai karakteristik dari klasifikasi ilmu pengetahuan yang penulis pilih atau kemukakan tadi.
Ilmu kerohanian, yang meliputi ilmu jiwa dan agama
Karakternya:
Obyek dari ilmu ini adalah hasil keyakinan manusia atau dapat dikatakan suatu keadaan spiritual manusia.
Sifat dari ilmu ini adalah subyektif.
Hasilnya adalah manusia akan lebih memperoleh ketenangan dalam menjalani hidupnya atau dapat dikatakan manusia akan mempunyai keyakinan.
Metodologinya yaitu dengan menganalisis hasil proyeksi kegiatan spiritual yang ditampakkan dalam aplikasi kegiatan sehari-hari.
Ilmu humaniora atau ilmu kebudayaan, yang meliputi: sastra, sejarah, ilmu pendidikan, dan ilmu filsafat.
Obyeknya adalah hasil tindakan manusia.
Sifatnya subyektif.
Hasilnya adalah manusia akan lebih menghargai hasil karya manusia lainnya. Salah satu maksud humaniora yaitu meluruskan jalan untuk pendidikan yang lebih lengkap dan harmonis.
Metodologinya adalah menganalisis hasil karya manusia yang tampak dalam dunia empiris.
Ilmu sosial, yang meliputi: ilmu hukum, ilmu ekonomi, ilmu sosial politik, ilmu ketatanegaraan.
Obyeknya adalah hasil tindakan manusia.
Sifatnya subyektif.
Hasilnya manusia akan lebih toleran dengan manusia yang lainnya.
Ada 4 macam karakteristik pada ilmu sosial: Ontologi : Mengutamakan investigasi pada setiap fenomena bahwa apakah realita dapat berdiri sendiri atau berada dalam pemikiran kita saja. Epistemologi : Dasar pengetahuan tentang bagaimana mengerti dunia dan bagaimana mempelajari realita tersebut. Human Nature : Mempelajari hubungan antara manusia dan sesama manusia bahwa apakah tingkah laku manusia dapat dipastikan atau tidak. Metodologi : Gabungan dari ontological, epistomology, dan human nature yang berisi strategi untuk melakukan penelitian tersebut.
Dari 4 sifat dasar ilmu sosial, dipecah berdasarkan 2 pandangan dari sudut pandang subyektif dan obyektif.
Sudut Pandang Subyektif • Nominalisme : Asumsi bahwa realitas sosial adalah relatif dan dunia sosial di luar individu terbuat dari sekedar nama, konsep, label, yang membantu seseorang untuk membayangkan suatu kenyataan. • Anti-positivisme : Mencari di dunia sosial yang relatif dan hanya bisa dimengerti dari sudut pandang individu. • Voluntarisme : Berpandangan bahwa seseorang berpikir secara otomatis dan bebas. • Ideografis : Berdasar pandangan bahwa seseorang membuat, mengubah, dan mengerti dunia dengan mencari ilmu dengan investigasi secara subyektif. Sudut Pandang Obyektif: • Realisme : Asumsi bahwa dunia sosial di luar individu adalah dunia nyata yang terbentuk dari sesuatu yang keras, tidak berubah dan nyata. • Positivisme : Mencari penjelasan di dunia sosial dengan melihat segala aturan, parameter dan hubungan. Hal ini dapat dipahami dengan mengkotak-kotakkan suatu variabel tak terukur dan memberikan parameter ukuran pada variabel tersebut, kemudian membuat hubungan antar-variabel. • Determinisme : Berpandangan bahwa seseorang merupakan bagian yang diatur dan dipengaruhi oleh situasi dan lingkungan dimana ia berada. • Nomotetik : Berpandangan bahwa dengan menekankan pentingnya riset berprotokol dan sistematika yang baik untuk menganalisa hubungan dan keunikan antar elemen. Menggunakan tes kuantitatif seperti survey dan tes kepribadian.
Ilmu eksakta dan tehnik, meliputi: ilmu hayat, ilmu kedokteran, ilmu farmasi, ilmu kedokteran hewan, ilmu pertanian, ilmu pasti dan alam, ilmu tehnik dan ilmu biologi.
Obyek dari ilmu pengetahuan ini adalah alam.
Sifatnya adalah obyektif.
Hasilnya manusia akan lebih memperoleh kemudahan dalam menjalankan hidup


Sumber : http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/10/18/karakteristik-dan-klasifikasi-ilmu-pengetahuan/